Pekan kedua dari perjalanan menjelajah Hutan Kupu adalah melacak telur-telur hijau untuk menemukan potensi diri agar semakin cekatan.
Tentu, ini bukan perihal sudah seberapa expert pada aktvitas-aktivitas yang kita taruh di telur hijau. Si telur hijau yang merupakan kekuatan kita adalah hal-hal yang kita bisa dan suka.
Proses perenungan ini mengantarkan saya pada penemuan lima aktivitas yang selalu membuat berbinar saat melakukannya. Yaa, walaupun ada masanya aktivitas-aktivitas ini terasa membosankan namun tetap saya lakukan entah mengapa. Haha.
Jika saya menelisik lebih jauh, mungkin yaa, mungkin karena jauh dalam lubuk hati, saya merasa bahagia melakukannya sekalipun dalam suasana yang terasa membosankan.
Baiklah, berikut ini adalah empat kuadran dan telur-telur hijau miliki saya. Kuadran bisa dan suka mayoritas berisi aktivitas saya sebagai perempuan dan ranah publik.
|
Empat Kuadran |
|
Telur-telur Hijau |
Strong Why dari Si Telur-telur Hijau
Anyway, curhat sedikit... Kemarin ternyata jadi hari yang
cukup panjang bagi saya. Akhirnya, tiba saatnya memeriksakan si gigi bungsu
yang mulai berontak sejak hari sebeumnya, wkwk.
Mohon doakan semoga secepatnya dapat jadwal operasi bedah
mulut. Next time, mungkin akan saya review perjalanan cabut gigi bungsu ini.
Oke, back to the topic, setelah penemuan telur-telur hijau
ini, saatnya untuk menjawab "kenapa aktivitas tersebut jadi kekuatan
saya?". Berikut ini jawabannya...
1. Menulis Artikel untuk Blog/Website
Ini adalah aktivitas yang sudah saya lakukan sejak tahun
2015 sampai saat ini. Sudah menjadi aktivitas yang saya sukai dan alhamdulillah bisa menghasilkan
cuan juga.
Saya paling suka menulis artikel-artikel kekinian yang
membahas tentang perempuan, skincare, lifestyle, parenting, atau fashion.
Nah, artikel kekinian ini maksudnya adalah artikelnya
ditulis dengan bahasa yang lebih cair namun tetap ada keyword utamanya, contohnya
seperti artikel-artikel yang ada di website idntimes atau hipwee.
Sedangkan, artikel SEO (Search Engine Optimization) adalah
artikel yang ada keyword utama, latent semantic indexing (LSI) keyword, dan
penulisannya harus mengikuti aturan baku Yoast SEO (plug-in yang ada di
wordpress). Tujuannya, agar artikel tersebut masuk halaman pertama Google
karena dapat terindex dengan baik.
Saya pribadi agak kurang suka jika harus menulis artikel
SEO, walaupun bisa-bisa aja jika memang diharuskan menulis artikel SEO.
Alasannya, karena bahasa yang digunakan akan terasa kaku dan kalimat yang
dibangun juga harus mengandung keyword utama dan LSI keyword. Ini bagian yang
cukup challenging sih, tapi poin utamanya kalau menulis artikel SEO ini berasa
lagi kerjanya. Haha.
Sebaliknya, untuk menulis artikel-artikel kekinian dengan
tema-tema seperti yang saya sebutkan sebelumnya, itu lebih membuat saya
berbinar saat melakukannya. Karena saya punya keleluasaan untuk menyusun
kalimat 'yang gue banget' dengan tanpa terkungkung dengan aturan-aturan artikel
SEO.
2. Mendesain dengan Canva
Canva ini platform desain yang bener-bener memudahkan
siapa pun untuk ngulik desain apa pun. Meskipun kelihatannya cukup mudah dalam
menggunakan aplikasi ini, namun jika kita tidak mengembangkan sense of art dalam
membuat sebuah desain, biasanya akan terlihat kurang menarik atau pemilihan
warna/font-nya berantakan.
Saya mulai mengenal Canva ini sejak berkomunitas dengan Ibu
Profesional Bandung di tahun 2017. Awalnya pengen berkontribusi di RB Literasi
Bandung dengan cara bikin e-sertifikat untuk beberapa kulwap yang sempat diselenggarakan Rumah Belajar ini.
Eh, makin ke sini, makin menyenangkan buat ngulik si Canva. Apalagi setahun terakhir ini memutuskan untuk berlangganan Canva Pro, makin tanpa batas aja nguliknya.
3. Membuat Content Writing untuk Media Sosial
Nah, aktivitas menulis yang satu ini sebenarnya masih satu
rumpun dengan kegiatan menulis artikel untuk blog/website. Setahu saya, ini
masih masuk dalam ranah digital marketing lebih khususnya content marketing.
Yap, disebut content marketing karena bagian dari pendekatan
suatu brand kepada audience atau target audience-nya. Ini sebenernya pernah
saya bahas juga secara singkat di postingan instagram. Mungkin bisa langsung
meluncur ke sini aja, ya @aginpoespa.
Aktivitas ini jadi hal yang menyenangkan karena saya bisa
berbagi informasi atau ilmu yang saya miliki (walopun masih secuil ini) dan mengemaskan dengan menarik
melalui postingan instagram, lalu dibagikan ke publik.
Akhir-akhir ini lebih sering berbaginya lewat IG Story, sih. Semoga ke depannya bisa lebih rajin menulis postingan di feed IG agar bisa terdokumentasikan lebih lama.
4. Mengeksplorasi Menu-menu Masakan dan Camilan Viral
Sebelum menikah, saya mager banget nih kalau harus bantuin
Mamah masak. Kegiatan ibu rumah tangga banget ini bikin cape dan rasanya
bisa dihitung jari saat saya terpaksa harus bantuin Mamah untuk memasak saat
sebelum menikah.
Tapi perasaan itu berubah sejak saya menikah. Skill ini ternyata wajib saya miliki untuk menghemat pengeluaran makan yang harus dipenuhi.
Yaa, kalau
dihitung-hitung sebenarnya lumayan banget pengeluaran rutin ini jika harus
selalu beli di luar dan porsinya gak bisa sebanyak jika memasak sendiri.
Alhasil, keadaan ini mendorong saya harus bisa bikin makanan
enak buat suami sekaligus bisa berhemat juga. Jadilah awal-awal menikah, saya
banyak berguru sama Mamah dan gak lupa sering cek resep-resep masakan di
YouTube atau TikTok.
Tahu apa yang bikin berbinar? Saat saya melihat suami makan dengan
lahap apalagi sampai mengutarakan kalimat-kalimat apresiasi yang bikin saya
makin semangat memasak.
Btw, suami saya termasuk yang peka banget soal rasa makanan
dan makin combo lagi semua hal yang terlintas dibenaknya biasanya jadi bahan
analisa juga termasuk masakan saya. Haha.
Jadi, saat dia
memberikan apresiasi itu, saya yakin dan pede banget kalau masakan saya memang
beneran enak karena itu bukan sekadar pujian untuk menyenangkan hati saya aja.
Beberapa contoh kalimat apresiasinya seperti ini:
"Wah, masakannya super sekali, Beb. Aku bersyukur nikah sama kamu." (Ini saat saya
memasak sop ayam, sambal cumi, beef blackpepper, dan masakan rumahan lainnya)
"Makanan kayak gini mana nemu di warteg." (Ini saat
saya bikin tahu cabe garam)
"Ini sih lebih enak dari Udonnya Marugame!"
(Ini waktu saya 'uji nyali' bikin niku udon sesuai resep di YouTube)
Terus, kalau masakannya gak enak dikomplen, gak? Ohhh tentu
saja, hahaha. Ini sering terjadi pada masa awal pernikahan. Bukan komen
yang pedes-pedes ala Chef Juna, ya.
Biasanya dia akan menyampaikan dengan kalimat yang halus dan
makanan buatan saya yang kurang enak itu akan tetap dia makan. Duh, so sweet
banget pengorbanan mas suami, wkwk.
5. Crafting
|
Seserahan yang saya hias di bulan Mei lalu |
Hal yang bikin saya seneng saat melakukannya adalah kegiatan
crafting. Spesifiknya sih hal-hal yang terkesan 'remeh' seperti membungkus kado,
membuat pita, atau mengemas barang agar lebih cantik atau estetik.
Makanya saya paling seneng kalau ada teman atau keluarga
yang menikah terus saya berikan hadiah dalam bentuk barang. Percayalah, saya
akan mengemas barang itu secantik dan seindah mungkin. Cukup effort memang,
tapi saya bahagia melakukannya bahkan biasanya sampai gak tahu waktu.
Jadi inget, saat pernikahan saya pun, saya termasuk
yang rela bercapek-capek untuk menghias suvenir pernikahan saya
sendiri agar lebih estetik dengan budget semurah-murahnya. Gak tanggung-tanggung, saya akhirnya bikin 500 pcs suvenir, wkwk. Alhasil, saya
bisa menekan harga suvenirnya jadi 600/pcs (sudah termasuk satu sutil plastik dan packaging-nya).
Makanya, saya jadi semakin pede nih saat dipercaya oleh paman
saya untuk menghias seserahan pernikahannya. Yaa, budget buat hias seserahan
ini sangat amat lumayan lho kalau mempercayakan kepada jasa hias. Tapi dengan menghias sendiri, budget yang dikeluarkan jadi lebih hemat.
Barang-barang seserahannya bisa lebih banyak atau bagus, tapi tetap bisa dihias
dengan cantik.
Penutup dari Cerita Si Telur Hijau
Wah, enggak terasa banget nulis NHW kali ini. Kayaknya lebih
banyak story telling-nya, yak. Semoga enggak keluar konteks 'strong why'
dari aktivitas tersebut.
Inilah cerita si Telur Hijau milik saya. Nah, kalau cerita
telur hijaumu bagaimana?