Perjalanan di pekan keempat udah bikin agak terseok-seok, nih. Berasa banget linglungnya.
Mau pilih telur merah yang mana?
Kalo pilih yang ini, nanti strong why dan ilmu yang dibutuhkannya apa aja?
Nanti perjalanan selanjutnya bakalan mandeg gak, ya?
Daaan banyak lagi pertanyaan-pertanyaan penuh ragu dan takut yang mengiringi perjalanan di pekan keempat. Hahaha.
Jujur, buat saya, pekan keempat ini lebih challenging rasanya. Cukup plin-plan, kalut, dan galau juga karena harus memilih satu telur merah saja untuk diasah selama perkuliahan Bunda Cekatan Batch#4 ini.
Sebenarnya yang bikin galau itu adalah memutuskan keterampilan mana yang benar-benar bikin berbinar dan sesuai dengan kebutuhan kita saat ini, beserta ilmu-ilmu yang mendukung untuk meningkatkan keterampilan tersebut.
Saya gak menampik dengan kemajuan dan kemudahan mengakses berbagai informasi, jurnal, ataupun konten di era ini, memang sudah selayaknya disyukuri. Ilmu apa pun bisa dicari dan dikulik sedemikian rupa.
Namun, kemudahan tersebut gak jarang bikin kita jadi overwhelming saking banyaknya informasi yang bisa kita dapatkan. Kita bener-bener harus bisa memilah mana saja informasi yang relate dan credible sesuai kebutuhan kita.
Jadi, itulah yang saya rasakan saat melacak si telur-telur jingga ini.
Memetakan Strong Why dari Telur Merah Prioritas
Ini unik juga sih, saking saya kesulitan untuk memilih telur merah mana yang mau diasah, pertama-tama saya pilih dulu dua telur dari lima telur yang ada. Pertimbangannya sama seperti saat mengerjakan NHW sebelumnya, pilih yang paling bikin berbinar, bahagia, dan seru untuk dilakukan.
Lalu, mengerucutlah pada dua telur merah saya, yaitu Creative Thinking dan Content Planning. Karena kedua skill ini masih terlalu luas, saya persempit lagi topiknya menjadi Creative Thinking for Blog dan Content Planning for Social Media (Instagram).
Awalnya, saya rasa gak bisa nih pilih salah satu aja dari dua telur merah ini. Sama-sama butuh di-upgrade ilmunya. Saking kesulitan untuk memutuskan, akhirnya saya corat-coret lagi di atas kertas.
Saya coba petakan apa saja strong why dari kedua telur merah yang bikin galau ini. Dari sinilah titik terang itu muncul. Rupanya, saat ini, saya lebih butuh skill Content Planning for Social Media (Instagram) untuk bisa ditingkatkan levelnya dibandingkan telur merah satunya.
Memang apa sih strong why-nya dari telur merah yang udah dipilih ini?
Setelah semedi dan bikin coretan, huhu |
1. Memahami cara kerja konten di sosial media (instagram)
Tujuan utamanya jelas untuk membuat dan memahami bagaimana sebuah konten di sosial media khususnya instagram bisa menjadi daya tarik audience.
Lebih jauh lagi, jika ke depannya akan membuka bisnis, skill ini bisa jadi (salah satu) wasilah untuk memasarkan produk sesuai target marketnya. Efek dominonya, customer bisa bertambah dan jumlah salesnya pun meningkat.
2. Improve kemampuan menulis untuk konten sosial media (instagram)
Saya kebetulan memang sudah menekuni kegiatan menulis ini sejak lama. Sudah pernah juga beberapa kali membahas beberapa topik melalui instagram pribadi. Namun, saya merasa masih perlu mengasah cara menulis agar lebih menarik dan dilirik audience.
3. Bisa membaca dan menganalisa percapaian dari sebuah konten yang sudah di-publish
Konten yang disukai atau tidak, bermanfaat atau tidak, sebenarnya bisa terlihat ketika kita membaca fitur insight yang sudah disediakan instagram.
Permasalahannya, saya pun masih samar nih untuk memahami insight tersebut. Inilah alasan kuat saya harus memperdalam ilmunya, agar bisa membuat konten yang relate dengan karakter audience-nya.
Apalagi untuk sebuah brand, penting banget sih untuk tahu karakteristik audience-nya. Ujung-ujungnya ke balik lagi tentang bagaimana membangun brand image di sosial media, hehe.
4. Belajar cara mengolah konten dari topik yang sedang trending
Ini jelas sudah terbukti, ya, bagaimana brand-brand besar bisa 'numpang pansos' saat ada topik yang sedang naik.
Saya pengen banget belajar gimana caranya mengolah trending topic di sosial media menjadi konten menarik yang bisa dinikmati juga oleh audience.
Gimana para expert di bidang content marketing ini mengolah semua itu untuk membangun citra brand. Entah kenapa, membayangkannya aja udah bisa menggebu, ya, wkwk.
Ilmu-ilmu Tentang Content Planning for Social Media (Instagram)
Selama semedi ini saya ditemani Mbah Google dalam menelusuri ilmu-ilmu yang akan saya butuhkan untuk meningkatkan keterampilan yang dipilih.
Wuah, seperti yang saya bilang di awal, saking banyaknya ilmu yang bisa didalami sering kali bikin gak fokus. Karena gak pengen mengulangi perasaan galau yang sama, akhirnya saya memutuskan untuk fokus pada poin-poin yang ada di strong why saja.
Walaupun, jujurly, godaannya sangat besar untuk mengabaikan deretan ilmu yang bisa menunjang skill ini. Tapi, mari sejenak tarik napas dan kendalikan diri untuk tetap istiqamah saja dengan strong why yang sudah kita putuskan. Hahaha.
'Cuma' empat telor tapi kayaknya bakalan banyak pembahasan, deh. Siap-siap galau lagi, wkwk. |
Sumber Ilmu untuk Mengulik Si Telur-telur Jingga
Saya belum mencari tahu lebih detail sih, sekiranya akan menggunakan sumber ilmu yang mana dalam perjalanan ini. Mungkin, saat ini yang sudah terbayang, diantaranya:
- Tulisan/artikel dari para expert di bidang content marketing
- Jurnal ilmiah
- YouTube video
- Online course
- Podcast
- Buku
Menemukan Cara Belajar yang "Gue Banget"
Seingat saya. sejak dulu cara belajar yang cukup efektif bagi saya adalah gaya belajar visual diiringi dengan mencatat poin-poin penting dari pembahasan tersebut.
Meskipun, sih, sudah ada presentasinya dari para guru atau pemateri, ya. Tapi dengan cara mencatat inilah yang bisa membantu saya memahami lebih dalam tentang informasi yang butuh pemahaman penuh.
Oh iya, cara mencatat ini juga sangat membantu saya dalam menguraikan ide-ide yang muncul di benak. Atau, saat terlalu banyak informasi yang saya dapatkan dan jadinya bikin mumet... Jurus corat-coret inilah yang membantu saya, wkwk.
Jurus corat-coret, wkwk |
Seperti halnya saat melacak telur merah dan telur jingga, rasanya mumet karena dapet banyak informasi yang dirasa bagus dan penting. Akhirnya, saya putuskan untuk ambil kertas dan pulpen buat corat-coret agar lebih terpetakan.
Surprisingly, ternyata cara menguraikan ide-ide di atas kertas ini cukup bekerja buat saya. Ini terasa banget sejak mengerjakan NHW#3.
Jadi, selama penjelajahan ini kayaknya saya harus nyetok kertas HVS dan drawing pen, nih. Haha.
0 comments:
Posting Komentar